Dari judulnya saja sudah bisa ditebak jika film ini menceritakan sebuah mukjizat yang terjadi di sebuah kota kecil bernama Cokeville. Film diawali dengan adegan di mana seorang polisi bernama Ron Hartley (Jasen Wade) menyaksikan TKP  dan mulai menanyakan keberadaan Tuhan dibalik semua hal buruk yang terjadi. 

the cokeville miracle


Di rumah, ia tak mau berdoa lagi saat mezbah keluarga karena merasa kecewa pada Tuhan. Sang istri, Claudia (Sarah Kent) mencemaskan keadaan suaminya yang semakin jauh dari Tuhan bahkan tidak mau lagi pergi ke gereja bersama istri dan kedua anaknya, Cindy dan Jason. 

Sementara itu di Phoenix, Arizona, David Young bersama istrinya Doris sedang melakukan uji coba meledakkan bom di sebuah bus. Dan percobaan itu berhasil. Di hari yang berbeda, mereka bertemu dengan dua temannya yang bernama Gerald dan Doyle. Mereka pun mendemontrasikan bubuk yang disebarkan ke udara bisa menyala jika terkena api. David mengatakan bahwa mereka akan membuat kembang api yang bagus dan dijual. 

Keesokan harinya David, Doris, Gerald, Doyle dan Penny anak perempuan David berangkat ke Cokeville. Dalam perjalanan David membeberkan rencananya untuk meneror sekolah dan meledakan bom di sana. Tentu saja keempat orang itu kaget. Gerald dan Doyle diborgol di belakang Van, sementara Doris dan Penny mengikuti dari belakang sambil membawa senjata. Penny merasa bahwa apa yang dilakukan ayahnya itu tidak benar, ia pun memutuskan untuk tidak mau terlibat dan lari. Ayahnya segera melempar kunci ke arahnya dan meneriaki bahwa ia bukanlah putrinya. 

Di hari yang sama, Ron juga sedang berpergian. Sementara Cindy dan Jason sekolah seperti biasa. Mereka bersekolah di sekolah tempat David dan Doris akan meneror. 

Di sekolah, David berhasil menyandera anak-anak di ruangan kelas 4. Awalnya anak-anak tidak tahu bahwa mereka sedang disandera. Semuanya terheran-heran ada seorang wanita dan pria asing, kereta bayi dan senjata. Sampai kepala sekolah datang dan penjahat itu menyampaikan bahwa ia minta tebusan sebanyak 2 juta dollar per anak. Padahal di sana ada 100 lebih anak-anak, jadi jika dihitung jumlahnya ada 200 juta dollar. 

Penny berhasil lari dari ayahnya dan mengarahkan mobil van milik ayahnya ke kantor polisi. Dua teman ayahnya juga menjadi saksi bahwa yang dikatakan Penny itu benar. Berita itu makin dikuatkan dengan laporan dari kepala sekolah. Menurut teman-teman David, dia adalah orang yang sangat cerdas dan jenius hanya sedang mengalami gangguan kejiwaan. Di sinyalir dia seperti ini karena kalah dalam pemilu atau pemilihan apa gitu kurang jelas. Dan dia bicara soal dunia baru yang akan tunduk di bawah kekuasaannya.

Waktu cukup lama berlalu sampai David ingin keluar sebentar dari ruangan. Tali penarik pelatuk bom pun diserahkan kepada istrinya. Ia sudah berpesan agar jangan mengangkat tangan ke atas bahkan pegang hidung saat bersin pun jangan karena bom bisa meledak. Sayangnya, peringatan itu tidak dipahami oleh seorang guru wanita yang malah mengajak Doris bicara agar mereka melepaskan anak-anak. Tanpa sadar Doris mengangkat tangan ke atas kepalanya dan pelatuk bom terlepas menyebabkan bom itu meledak. David pun kembali memeriksa ruangan ketika bom meledak dan menembakkan pistol ke arah istrinya yang sedang terbakar dan ke arah guru-guru. Sesudah itu, ia masuk ke toilet dan menembak diri sendiri.

Cerita berlanjut setelah beberapa hari kemudian. Ron merasa heran atas peristiwa itu namun ia belum juga bisa bersyukur. Claudia mendorong Ron agar menyelidiki kasus itu, tidak ada kebetulan yang secara kebetulan begitu saja terjadi. Ini ada sesuatu di sana yang membuat semua orang di ruangan itu bisa menyelamatkan diri dari ledakan bom mengingat si pelaku telah menguji bom itu berkali-kali dan semua percobaan itu berhasil.

Ron mengikuti saran Claudia, ia menemui kepala sekolah yang juga berpendapat ada sesuatu yang menggerakkan pelaku untuk membuat kotak yang membatasi antara bom dengan anak-anak sehingga anak-anak tidak berada di dekat bom yang bisa menewaskan mereka.

Rekan polisi yang menyelidiki kasus itu juga mengatakan bahwa ada banyak hal yang tidak masuk akal terjadi waktu bom meledak. Dikatakan bahwa bom itu dirancang untuk menyebabkan ledakan yang sangat besar bahkan situasinya didukung ketika jendela terbuka. Bom dirancang untuk meledakkan udara. Dan hanya dua dari lima botol yang meledak, kabel yang dipotong misterius, peluru yang pecah menyebar ke semua tembok ruangan tanpa ada seorang pun yang terluka. Tak puas sampai di situ Ron menyelidiki anak-anak, kesamaan dari mereka bahwa ada malaikat di ruangan itu yang menuntun mereka keluar dari rasa takut. Bahkan mereka sama-sama berdoa. Setiap orang yang mendengar peristiwa itu berdoa.

Hari minggu tiba, Ron mengantar istri dan dua anaknya. Kali ini Ron turun dan masuk tapi tidak mau ke ruangan gereja. Ia memilih berdiri di luar. Ia mendengar kotbah pendeta yang membuatnya mulai tersentuh. Dan ia menuju ke ruangan anak-anak, ia menyaksikan bahwa anak-anak itu terluka akibat bom tapi mereka tetap bernyanyi. Nyanyian yang sudah diterjemahkan seperti ini:

Berdoa pada Dia di sana, bicaralah Dia mendengar.
kalian adalah anak-anakNya, kasihNya sekarang di sekelilingmu.
Dia mendengar doa-doamu, mengasihi anak-anak
Merekalah yang mempunyai kerajaan Surga.

Bapa Surgawi, apakah Engkau benar-benar berada di sana?
Dan apakah Engkau mendengar dan menjawab doa setiap anak?
Beberapa orang mengatakan bahwa Surga sangat jauh.
Tapi aku merasa itu dekat di sekitarku karena aku berdoa.

Bapa Surgawi, aku ingat sekarang sesuatu yang Yesus katakan pada murid-muridNYa dulu.
Biarlah aanak-anak itu datang kepadaKu.
Bapa dalam doa, aku datang sekarang padaMu...

Di akhir film, kita diperlihatkan bahwa anak-anak tadi yang diceritakan itu sekarang sudah besar dan memiliki anak-anak. Dan peristiwa ini benar-benar terjadi pada tahun 1986 silam. Menurut saya ini adalah film yang luar biasa jika ditonton bersama keluarga. Menguatkan iman dan memberkati kehidupan kita sekaligus mengingatkan untuk rajin berdoa dalam situasi apa pun. Juga membuktikan bahwa setiap peristiwa yang terjadi, Tuhan senantiasa hadir di sana. 



2 Komentar

  1. Tahan napas baca reviewnya filmnya, bukan pelem horor tapi tegang bgt, 1986 saya baru lahir :D

    BalasHapus
  2. Bukan horor sih, karena film ini diangkat dari kejadian nyata.
    Makasih Kak Amanda Ratih sudah mampir:)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini. Mohon maaf komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu untuk menghindari komentar spam dan link hidup.